6/1/10

Bisakah siswa berhenti merokok?

Kita sering gelisah bila menemukan siswa yang merokok di sekitar sekolah. Kegelisahan ini sering dibahas di ruang majelis guru. Akan tetapi, solusi untuk mencegah kebiasaan merokok ini belum maksimal. Usaha preventif pernah dilakukan melalui penerangan kesehatan, melalui bimbingan dan konseling guru, melalui rahazia, dan hukuman akademik dan administrasi. Berikut ini adalah beberapa uraian kegiatan tersebut. Pertama, sekolah mengundang petugas penerangan kesehatan untuk mensosialisasikan bahaya merokok bagi kesehatan. Kehadiran dokter dan juru rawat di sekolah memberikan sedikit efek jera kepada siswa perokok. Tetapi, kejeraan ini bersifat sementara. Beberapa hari berikutnya, kebiasaan merokok tampak kembali. Kedua, guru bimbingan dan konseling juga memberikan penjelasan bahaya merokok, efek negatifnya secara psikologis.poster-poster tentang bahaya merokok dipajangkan di beberapa dinding gedung sekolah agar terbaca oleh siswa. Selanjutnya, secara periodik, sekolah merahazia rokok ke dalam kelas. Guru menemukan banyak rokok dan korek api dalam kantong celana maupun dalam tas-tas siswa. Bahkan, beberapa siswa putri juga mengantongi rokok. Mereka dikenakan sangsi akademis, seperti skor (tidak diizinkan sekolah) selama satu minggu, membayar denda rokok, dan beberapa hukum konstruktif lainnya.

Meskipun usaha-usaha demikian dilakukan, pencegahan siswa merokok belum menunjukkan hasil yang maksimal. Peringatan bahaya rokok, bimbingan dan penyuluhan, rahazia rokok, dan hukuman yang diberikan tidak membuat siswa jera. Mereka terus merokok. Lalu, apakah kita harus pasrah? Op... belum saatnya kita menyerah. Pendapat saya adalah kita perlu mencoba mencegah siswa perokok dengan memberikan tauladan yang baik. Kalau kita guru perokok, kita perlu menghindari merokok dalam kelas. Atau, kita memberikan contoh-contoh dan data-data visual bahaya merokok.

Read More......